Selamat malam kali ini saya akan membahas tentang peluang dan tantangan mari kita simak
ASEAN
Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk Free Trade Area (FTA) dan
berlokasi di kawasan Asia Tenggara. ASEAN Economic Community yang dibentuk
dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik serta mampu
bersaing dengan negara-negara yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan
dengan kondisi negara ASEAN saat ini. Selain itu juga dengan terwujudnya ASEAN
Economic Community, dapat menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih strategis di
kancah Internasional. Penulis mengharapkan dengan dengan terwujudnya komunitas
masyarakat ekonomi ASEAN ini dapat membuka mata semua pihak, sehingga terjadi
suatu dialog antar sektor yang nantinya juga saling melengkapi di antara para
stakeholder sektor ekonomi di negara-negara ASEAN dan ini sangatlah penting.
ASEAN Economic Community ini terintegrasi lewat kerja sama ekonomi regional
yang diharapkan mampu memberikan akses yang lebih mudah, tidak terkecuali
perdagangan luar negeri. Indonesia adalah market yang cukup besar bagi
produsen-produsen suatu produk untuk menawarkan barangnya. Banyak produsen luar
negeri beranggapan Indonesia menjadi salah satu sasaran pemasaran yang paling
menguntungkan dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Dengan
diterapkannya blueprint perdagangan tanpa batas yang diramal terjadi di tahun
2015 mendatang, tentunya Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan dalam
hal perdagangan internasional. Tarif yang hampir 80 % menggunakan zero percent
tentunya akan mempermudah Indonesia memasuki pangsa pasar bahan baku dari negara
tetangga, mengingat tidak semua bahan baku ada di Indonesia. Keadaan ini akan
memicu persaingan yang lebih kompetitif baik 6 dalam lingkup domestik maupun
internasional. Di samping itu, nama Indonesia yang dikenal sebagai market
potensial dengan jumlah penduduk yang besar diharapkan mampu menarik para
investor luar negeri yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Tentu saja di
sini pemerintah mempunyai peranan penting dalam mengatur kebijakan terhadap
para investor agar tidak saja mencari keuntungan, tetapi mampu meningkatkan
tingkat perekonomian Indonesia. Jika pemerintah tidak melakukan analisis
terhadap permasalahan tesebut, beberapa sektor industri akan mengalami titik
kelemahan ketika FTA benar-benar diimplementasikan. Negara-negara di ASEAN yang
dikenal sebagai komoditi ekspor berbasis sumber daya alam terbesar di Asia juga
menjadikan peluang dalam persaingan pasar produksi dengan surplus pada neraca
transaksi. Konsentrasi perdagangan ke luar ASEAN memang mengalami penurunan
sejak tahun 1993 dari 80 % menjadi sekitar 73 % pada akhir tahun 2008. Keadaan
ini berbanding terbalik dengan perdagangan intra-ASEAN yang meningkat dari 19 %
menjadi 26 % di tahun yang sama. Indonesia yang menjadi salah satu pemain
penting dalam percaturan dagang di ASEAN memiliki persentase impor yang tidak
berimbang dengan ekspor baik dalam lingkup intra-ASEAN maupun ke luar ASEAN.
Keadaan ini harus dipahami oleh pemerintah sehingga nantinya terdapat solusi
sebelum perdagangan bebas mendominasi pangsa pasar. Strategi-strategi yang
bisa dipakai agar mampu bersaing di pasar bebas nanti misalnya lebih
meningkatkan pemeriksaan ekspor-impor secara bersih, perlunya stabilitas
politik, pemerintah harus bersikap bersih jauh dari korupsi, ketertiban sosial,
adanya inovasi teknologi dan ketersediaan infrakstruktur yang memadai. Dengan
adanya strategi-strategi ini diharapkan pada 2015 nanti Indonesia tidak
ketinggalan jauh karena indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang bisa 7
dimaanfaatkan. Namun untuk mencapai semuanya itu dibutuhkan juga sumber daya
manusia yang ahli dalam bidang-bidang tertentu, meningkatkan pendidikan, dan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada sebaik-baiknya sehingga meningkatkan
pengelolaan produksi bahan baku agar masyarakat Indonesia memiliki standar kesejahteraan
ekonomi yang memadai. Tantangan muncul ketika peluang menghadirkan berbagai
risiko di dalamnya. Tantangan yang harus dihadapi Indonesia menghadapi
perdagangan bebas tidak hanya berada pada permasalahan domestik, tetapi di
dalam lingkup internasional khususnya kawasan Asia Tenggara. Kinerja ekspor
menunjukkan Indonesia berada pada peringkat ke-4 di kawasan ASEAN di bawah
Singapura, Malaysia, dan Thailand di akhir tahun 2008. Di samping itu kinerja
impor juga tidak menunjukkan kekuatan Indonesia sebagai negara penghasil bahan
baku dengan berada pada peringkat ke-3 di bawah Singapura dan Malaysia di tahun
yang sama. Apabila kondisi daya saing tidak segera diperbaiki, defisit terhadap
negara-negara tersebut akan semakin membesar dan menjadi ancaman yang sangat
serius bagi perekonomian Indonesia. Keadaan ini sebenarnya bisa diperbaiki
dengan memperbaiki produk-produk yang akan diproduksi. Produkproduk yang
diciptakan oleh negara-negara ASEAN selama ini menunjukkan kesamaan yang akan
berakibat pada persaingan yang cenderung monoton. Indonesia harus secara teliti
melihat keadaan ini sebagai peluang atau tantangan, melihat negara ini memiliki
sumber daya alam yang lebih dibandingkan negaranegara ASEAN lainnya. Indonesia
dalam KTT ASEAN ke-21 di Phnom Penh tahun 2012, ditunjuk sebagai motor
penggerak dalam mengintegrasikan kekuatan Asia Tenggara di dunia global.
Bersama-sama dengan Singapura dan Thailand, Indonesia berada di baris terdepan
dalam mengimplementasikan konsep-konsep yang telah disepakati. Keadaan ini
diperkuat dengan optimisme Menteri Perdagangan RI Gita Wiryawan yang
menyebutkan bahwa ASEAN Economic Community (AEC) ini akan mendorong pertumbuhan
ekonomi dalam negeri dan pendapatan per kapita. Dengan konsep Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) diharapkan mampu meningkatkan posisi
tawar dalam perekonomian global bersaing dengan blok-blok integrasi lainnya di
luar Asia. Tentunya peluang ini 8 harus dimaksimalkan oleh seluruh negara ASEAN
dengan persiapan di semua sektor. Tujuan utama dari 10 negara ini adalah
tingkat perekonomian yang merata di samping mendapatkan kemudahan akses ekonomi
regional. Melihat keadaan memang tidak selalu seperti yang diharapkan.
Persaingan yang terlalu kompetitf memicu kesenjangan ekonomi antar negara. Singapura
misalnya, negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di ASEAN ini tentunya
tidak bisa dibandingkan bahkan disamaratakan dengan negara-neara berkembang di
kawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang harus
teliti dan cermat dalam “kebebasan” ini. Peluang dan tantangan harus
dianalisis, ditanggapi, dan diimplementasikan secara konseptual sehingga
nantinya Indonesia tidak hanya menjadi market bagi para investor luar saja atau
bahasa kerennya menjadi kacung di negara sendiri, melainkan mampu mengendalikan
pasar internasional serta dapat mewujudkan perubahan yang berarti bagi
kehidupan keseharian masyarakatnya. Pertanyaannya adalah, seberapa “siapkah”
Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015?
·
PELUANG INDONESIA
Banyak pihak yang menyatakan
bahwa Indonesia belum siap untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015
nanti, namun jika kita bisa lebih jeli melihat peluang-peluang yang ada dengan
diberlakukannya ASEAN Economic Community 2015 nanti, bukan tidak mungkin Indonesia
akan menjadi negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut
di antaranya :
1. Manfaat
Integrasi Ekonomi.
Indonesia
memiliki kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan membentuk pasar yang
lebih luas lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan efisiensi dan
daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja
di kawasan ASEAN.
2. Pasar
Potensial Dunia.
Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja
merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara ekonomi
yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan.
Sebagai analogi, bayangkan ketika 40 % penduduk ASEAN, yaitu penduduk Indonesia
menjadi konsumen dari produk-produk negara tetangga (dengan tidak adanya tariff
impor yang masuk ke kantong negara). Itu adalah kondisi yang pertama, dan
sekarang bayangkan jika 10 %- 40 % penduduk ASEAN, khususnya penduduk
Indonesia, menjadi produsen atau mendirikan UMKM dan melakukan ekspor ke 9
negara ASEAN lain (dengan adanya pajak penghasilan, sewa, dan lain-lain yang
masuk ke kantong negara) kira-kira pendapatan nasional Indonesia lebih banyak
yang mana? Kasus 1 atau kasus 2? Dari analogi yang penulis berikan, bila kita
memilih kasus 1, maka kita perlu mempertimbangkan lagi untuk menggunakan uang
yang ada secara lebih bijak, karena bisa saja kita akan mengalami inflasi 10
besar-besaran dalam waktu dekat. Akan tetapi, jika kita memilih kasus 2, maka
sudah sepatutnya kita menjadi pemuda calon pemimpin negara ini karena mampu
memiliki visi untuk menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan
nasional Indonesia.
3. Negara
Tujuan Investor Sebagai Negara
dengan
jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara Negara anggota ASEAN, Indonesia
diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang
ekonomi yang lebih besar dari Negara anggota ASEAN lainnya. Dengan kerja sama
regional untuk meningkatkna infrastruktur (pipa gas, tekonologi informasi)
membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan
program kerjasama regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan
infrastruktur domestik.
4. Negara
Pengekspor Negara-negara
di
kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengeskpor baik produk berbasis
sumber daya alam maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga
komoditas internasional, sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada
neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang cukup baik juga
menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi (penanaman modal). Indonesia
sudah mencatat sepuluh komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia maupun ke
intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir (2004 -2008) dan sepuluh komoditi ekspor
yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi ekspor ke dunia adalah
minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil, elektronik, produk hasil
hutan, karet dan produk 11 karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi.
Sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah minyak petroleum mentah, timah,
refinne copper, batubara, karet, biji kakao dan emas.
5. Daya
Saing Liberalisasi
perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan
bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non
tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Indonesia sebagai salah satu Negara
besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan
kunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar
untuk mengembangkan industri di sektorsektor tersebut didalam negeri.
·
TANTANGAN
Tantangan yang dihadapi oleh
Indonesia dalam menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015, tidak hanya dari
dalam negeri saja tetapi yang lebih besar adalah persaingan dengan sesama
negara ASEAN dan negara di luar ASEAN seperti India, Korea dan Cina. Tantangan
yang akan dihadapi oleh Indonesia diantaranya adalah :
1.
Laju inflasi
Laju inflasi Indonesia masih tinggi bila
dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya. Tingkat kemakmuran Indonesia
masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dan juga stabilitas makro
menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia.
2.
Laju Peningkatan Ekspor dan Impor Kinerja
ekspor
selama periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan ke- 4 setelah Singapura,
Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk impor, Indonesia sebagai importer
tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, dan ini merupakan tantangan yang
serius karena telah mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit
terhadap beberapa Negara ASEAN. Ancaman yang lebih serius akan datang dari
Negara Cina, dimana daya saing Indonesia dari sektor industri petrokimia hulu,
baja, tekstil dan produk tekstil, alas kaki serta elektronik belum dapat
bersaing dengan produk-produk dari Cina yang harganya relatif lebih murah
dibanding dengan produk-produk dalam negeri, jika hal ini dibiarkan maka para
pelaku usaha dari sektor industri akan gulung tikar. Hal ini bisa diselamatkan
dengan kebijakan pemerintah melalui perpajakan, dengan cara menaikkan tarif
impor bagi negara lain yang akan memasarkan produknya di Indonesia dan
menurunkan tarif pajak untuk produk-produk dalam negeri, guna menyelamatkan
sektor industri.13
3.
Kesamaan Produk
Dalam
hal kesamaan produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dengan
meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai
karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara ASEAN lainnya.
4.
Daya saing SDM Hard skill dan soft skill
tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan
minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu, Indonesia
harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik
di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung tenaga kerja terampil
dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di negeri sendiri.
5.
Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas.
Dampak negatif dari arus modal yang lebih
bebas dapat mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara
tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini
dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.
6.
Kepentingan Nasional
Harus disadari bahwa kepentingan nasional
merupakan yang utama dibandingkan dengan kepentingan kawasan dalam rangka
integrasi ekonomi, hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan
komitmen liberalisasi AEC Blueprint, sehingga perwujudan integrasi ekonomi
kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.
7.
Kedaulatan Negara
Kewenangan suatu negara untuk menggunakan
kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam
negeri akan dibatasi dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN. Ini merupakan
pengorbanan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana
mungkin tidak menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan 14
pendapatan terbesar bangsa Indonesia yaitu dari sektor perpajakan. Inilah yang
harus disiasati oleh pemerintah Indonesia dalam menyongsong ASEAN Economic
Community 2015.
0 komentar:
Posting Komentar